Rabu, 14 September 2011

Ramadhan: bulan kerinduan

Oleh: Dr. Muqtedar Khan

Ada kemanisan tersembunyi dalam kosongnya perut.
Kita cicipi, tidak lebih, tidak kurang. 
Jika kotak suara dipenuhi oleh segala sesuatu, tidak ada musik.
Jika otak dan perut dibersihkan dengan puasa,
setiap saat sebuah lagu baru keluar dari api.
--- Jalaluddin Rumi on fasting in Ramadan. 


Ramadan, bulan berkah mulai lagi. Ratusan juta Muslim akan berpuasa selama sebulan. Mereka tidak akan makan atau minum sejak subuh sampai maghrib. Mereka akan berdiri selama berjam-jam dalam shalatnya setiap malam untuk mengingat Tuhan mereka dan menunjukkan perasaan syukur mereka kepada-Nya, meminta pengampunan-Nya dan bercita-cita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Bulan Ramadan adalah festival spiritual terbesar dan terpanjang sedunia. Muslim berusaha keras pada bulan ini untuk menjahit kembali spiritualitas kemanusiaan yang tercabik-cabik meskipun dorongan politik dan materi telah merobek-robeknya.

Puasa adalah satu dari lima pilar Islam. Qur'an memerintahkannya dalam rangka mengajar Muslim untuk menahan diri. Ritual ini melibatkan pemantangan diri terhadap apa-apa yang biasanya terjadi pada tubuh, pikiran dan jiwa. Dari subuh sampai maghrib batasannya jelas: tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual, tidak ghibah, tidak berbohong, tidak marah, tidak sombong, tidak bangga, tidak putus asa. Pada bulan ini kekuasaan jiwa atas tubuh dan pikiran ditegaskan kembali untuk mengembalikan berbagai hal pada tatanan ilahi.

Latihan bagi Muslim dewasa, yang sehat dan mampu, adalah untuk mengembangkan cara mengendalikan diri dan menanamkan kemampuan, meminjam istilah dari Plato, mengendalikan rasa seseorang. Harapannya adalah rejimen wajib ini akan menjadi kebiasaan dan Muslim akan menjadikan sepanjang tahun dalam kondisi spiritual yang tinggi.

Bagian yang mudah dari bulan Ramadan adalah bagian fisik. Sesudah seminggu, tubuh dan pikiran menyesuaikan dan seseorang jarang sekali merasa lapar atau haus sepanjang hari. Jam-jam terakhir biasanya sulit, terutama di Amerika dimana hari-harinya panjang dan puasa berlangsung selama lima belas sampai enam belas jam.

Ramadan juga bulan dimana sebagian besar Qur'an diturunkan. Untuk merayakan diturunkannya Qur'an, Muslim melaksanakan shalat khusus dan mencoba untuk mencari waktu untuk membacanya kembali dan untuk komitmen kembali kepada ajaran dan perintahnya. Sesudah berpuasa sepanjang hari, sebagian besar pria dan wanita menyisihkan dua sampai tiga jam setiap malam membaca bagian-bagian dari Qur'an, baik dalam shalat secara berjama'ah maupun sendiri-sendiri.

Kaum Muslimin percaya bahwa Ramadan adalah bulan berkah dan pahala setiap amal akan dilipatgandakan, sehingga banyak dari kewajiban tahunan dan sedekah diberikan pada bulan Ramadan. Ini adalah waktu yang baik untuk menggalang dana jika donor Muslim adalah sasaran anda. Islam mewajibkan zakat 2,5% dari akumulasi atau kelebihan kekayaan yang disebut zakat, dan sebagian besar Muslim memberikannya pada bulan Ramadan.

Bagian yang lebih sulit adalah seseorang yang ingin mendisiplinkan jiwanya. Perjuangan untuk mengendalikan nafsu, menguasai amarah, belajar kerendahan hati dan mengenal tidak patutnya diri ini bila dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan, adalah hal-hal yang sangat sulit untuk dikuasai. Sufi, mistik Islam, mempraktekkan pengorbanan diri sebagai upaya untuk mengasingkan diri dengan Tuhan dari kehidupan dunia, tetapi jarang sekali berhasil. Tidak mudah menjadi orang yang bersama dengan Tuhan dalam satu bulan.

Mereka yang berpuasa dengan dedikasi yang murni, mereka yang berjuang untuk mengalahkan diri, mereka yang bertempur untuk mengendalikan tubuhnya, mereka yang memberikan sedekah dan mereka yang melatih kerendahan hati; mereka akan memiliki perasaan bersih, suci, yang sulit untuk digambarkan, tetapi dapat dirasakan.

Diakhir bulan, bagi sebagian orang ada perasaan ringan, seolah-olah beban dari ketidaksucian yang selama ini disandang dan berakumulasi sepanjang tahu telah diangkat. Bagi sebagian yang lain ada perasaan berat dalam hati dan dia berdo'a semoga mendapatkan kesempatan lagi pada masa depan.

*****

Dr. Muqtedar Khas adalah Associate Professor pada Departemen Ilmu Politik di University of Delaware dan Fellow dari Institute for Social Policy and Understanding. (www.ijtihad.org)

Sumber: Islamicity

Tidak ada komentar:

Posting Komentar